Dunia Digital Kini dan Nanti
Menurut sejarah, meskipun internet mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1990, penggunaannya justru meningkat pesat di bawah bendera provider Telkom Indonesia dengan nama "Telkomsel Speedy" yang sekarang berganti nama menjadi "IndiHome". Sayangnya saat itu, manfaat internet masih sangat terbatas. Keputusan Telkom Indonesia yang saat itu fokus di pasar telekomunikasi dengan produk telkomsel, mengubah pasarnya ke arah digital dengan speedy dianggap sudah sangat tepat. Tidak sia-sia, keputusan itu juga yang kemudian berhasil membawa Telkom Indonesia menjadi pioneer digital pertama di Indonesia. Bahkan dampaknya masih bisa dirasakan hingga saat ini, IndiHome dikenal sebagai pilihan nomor 1 internetnya Indonesia.
Jika ditelaah lebih jauh, pemanfaatan internet di zaman sekarang sudah sangat jauh berkembang dibandingkan zaman dulu. Munculnya istilah seperti Internet of Things/IoT (Internet untuk segala hal), machine learning, SEO (Search Engine Optimization) hingga Metaverse meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa dunia digital terus menerus melakukan perbaikan hingga siap dibawa ke dunia nyata. Setidaknya ada 3 hal yang menjadi dasar penerapan ini yaitu Artificial Inteligence (kecerdasan buatan), sensor dan konektivitas/ jaringan yang menggunakan internet tentunya. Tujuan utamanya tentu saja menyederhanakan pekerjaan manusia. Untuk kemudian, celah ini dapat dimanfaatkan menjadi nilai komersial. Contoh nyata yang bisa dilihat adalah youtube dan gojek.
Keinginan meraup untung inilah yang kemudian menjadi goal anak-anak muda zaman sekarang. Ini memunculkan berbagai profesi seperti content creator dan start up. Jika content creator memiliki pendekatan personal, start up lebih mudah diterima jika menawarkan solusi permasalahan yang ada di masyarakat. Tidak semua start up mampu bertahan menghadapi kerasnya pasar digital, yang bagus akan bertahan dan yang tidak bisa mengikuti akan hilang. Tantangan lain turut dihadapi perusahaan-perusahaan lama yang mulai menyadari pentingnya menapakkan kaki di pasar digital dan memulai ekosistem digital mereka sendiri. Perubahan gaya hidup masyarakatlah yang kemudian mendorong perusahaan mau tidak mau memikirkan ulang strategi jangka panjang mereka.
Perusahaan yang telah berdiri kokoh dan dikenal bertahun-tahun lamanya mungkin tidak akan kesulitan menghadapi era digital mengingat kemampuan finansial mereka yang cukup mumpuni. Mengganti tenaga kerja pabrik menjadi robot walaupun keputusan yang sulit tapi harus dilakukan demi menghemat biaya tenaga kerja dan masalah kepraktisan. Robot mampu bekerja 24 jam seminggu tanpa istirahat, tidak sakit dan tidak menuntut kenaikan gaji setiap tahun. Selain itu karena penggunaan robot di Indonesia masih sedikit, perusahaan bisa mendapatkan nilai tambah dari robot untuk menjadi terkenal. Memanfaatkan momentum digital di saat yang tepat tentunya. Coba kita liat fenomena antrian heboh di family mart, robot barista viral yang meracik kopi, uniknya bahkan bisa melambai pada pelanggan. Sungguh teknik marketing yang luar biasa. Family Mart bahkan tidak melakukan iklan. Pembelinya yang dengan sukarela membuatnya terkenal melalui social media. Boom!!! Hasilnya sudah bisa diduga.
Kisah sukses lain datang dari perusahaan teknologi Bardi. Bardi merupakan perusahaan dalam negeri yang memfokuskan bisnisnya di sektor smart home. Tidak banyak perusahaan lokal yang berani serius di sektor ini karena kenyataannya, sektor ini dikuasai oleh perusahaan teknologi besar. Namun Bardi tetap optimis dengan produknya yang tidak biasa dengan memanfaatkan IoT (Internet of Things). Mungkin tidak banyak yang tahu, perangkat pintar umumnya ditawarkan dengan harga yang juga tidak biasa namun Bardi yang menginginkan produknya bisa dijangkau semua kalangan, menjualnya dengan harga yang wajar. Rasanya ini sangat masuk akal jika kemudian mereka menjadi penguasa pasar smart home. Pet feeder mereka adalah terobosan terbaru abad ini.
Meningkatnya percepatan digital di Indonesia tentunya perlu dibarengi dengan ketersediaan sumber daya yang memadai. Dulu kita masih menggunakan uang fisik, sekarang tinggal scan dengan QRIS untuk pembayaran cashless. Kedepannya sangat mungkin digitalisasi akan merambah bidang-bidang lain. Ini masih menjadi PR besar untuk segala pihak, bagaimana tenaga kerja kita akan mampu mengisi gap ketertinggalan yang demikian besar. Skill digital diketahui merupakan skill dengan banyak cabang yang rumit, belum lagi waktu dan biaya yang harus dikeluarkan. Ini akan kontras dengan kondisi mayoritas masyarakat Indonesia yang masih memiliki keterbatasan dalam mengakses skill digital yang memadai. Kendala lain juga terlihat dari pola pikir masyarakat kita yang masih menganggap pendidikan lain diluar pendidikan formal bukanlah sesuatu yang perlu diperhatikan dengan serius. Masyarakat kita lupa dunia akan terus berkembang, jika kita tidak beradaptasi, kita akan berhenti atau dihentikan.
Referensi :
1.https://stei.itb.ac.id/blog/2017/06/19/sejak-kapan-masyarakat-indonesia-nikmati-internet/#:~:text=Sejarah%20internet%20Indonesia%20dimulai%20pada,terasa%20di%20antara%20para%20pelakunya
2.https://www.dicoding.com/blog/apa-itu-internet-of-things/
3.https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/r3fdgb396
4.https://nationalgeographic.grid.id/amp/133090395/metaverse-dunia-virtual-dalam-digital-apakah-kita-membutuhkannya?page=2
5.https://www.google.com/amp/s/www.cnbcindonesia.com/tech/20211215165404-37-299568/mungkinkah-menggabungkan-dunia-nyata-virtual/amp
6.https://www.cnbcindonesia.com/news/20191009201015-4-105734/alasan-pengusaha-terpaksa-pakai-robot-yang-bisa-picu-phk
7.https://www.google.com/amp/s/amp.kontan.co.id/news/luncurkan-teknologi-canggih-family-mart-hadirkan-booth-robot-barista-di-jakarta

Comments
Post a Comment